Bunda dan Guru Sejati

March 20, 2009

Sumber : Faceebooks Motivasi Islami

Nancy Alliot, Sang Ibunda dan “Guru Sejati” Kali ini kita akan belajar dari sejarah Ibunda Thomas Edison dalam mencetak anaknya menjadi sang Jenius Dunia.

Para orang tua dan guru yang saya cintai……..

Masih ingatkah anda dengan kisah Thomas Alva Edison.. Ilmuan terkemuka dunia yang di Drop Out dari sekolahnya, pada 3 bulan pertama masa pembelajarannya di Sekolah Dasar….?

Yang jadi pertanyaan menarik buat kita adalah….. bagaimana sang ibunda Thomas bisa mencetak anaknya menjadi seorang Ilmuwan yang luar biasa dengan lebih dari 1000 temuan yang dipatenkan.

Tidak banyak yang di catat sejarah tentang riwayat ibu yang luar biasa ini, dalam membimbing anaknya hingga dewasa. Tapi yang jelas Thomas telah berhasil tumbuh menjadi orang yang sangat penuh percaya diri dan pekerja keras yang selalu berpikir positif.

Nancy Alliot ibunda Thomas adalah ibunda yang penuh cinta kasih….., dia bukanlah seorang psikolog apalagi pakar pendidikin, Nancy hanyalah ibu rumah tangga biasa, seperti kebanyakan ibu-ibu pada zamannya. Nancy adalah ibu yang selalu memotivasi anaknya.  Dia selalu mendorong anaknya untuk melakukan apa saja yang disukainya. Setiap kali Thomas mengalami kesulitan ibunya selalu berkata:

Thomas kamu anak hebat nak, kamu pasti bisa menemukan jawabannya ! Mommy percaya itu sayang..!

Dan setiap kali Thomas berhasil menemukan jawaban dari masalahnya Nancy selalu dengan antusias menanggapi cerita anaknya, ia selalu berapi-api menanyakan bagaimana sampai akhirnya Thomas berhasil menemukan jawabannya. Nancy juga selalu memeluk anaknya mana kala anaknya berhasil dalam melakukan sesuatu, sambil selalu mengucapkan :

“Kamu memang anak kebanggaan Mommy Nak…..”

Para orang tua dan guru yang saya cintai……Pernah suatu ketika Thomas sedang melakukan experiment-experiment yang dibuatnya,  dan dia mengetahui jawaban dari masalahnya, lalu dia bertanya pada Mommynya, dengan jujur Mommynya berkata:  Thomas sayang Mommy tidak tahu semua yang kamu tanyakan, tapi Mommy akan cari tahu siapa orang yang bisa menjelaskan semua ini pada kamu. Maka diajaklah Thomas kecil untuk menemui orang-orang ahli dikotanya.

Begitulah kejadian serupa terjadi berulang-ulang, Ibunda Thomas selalu jujur mengatakan keterbatasannya,  tapi dia selalu memberi jalan keluar bagi anaknya. Termasuk suatu ketika pernah pertanyaan Thomas tidak bisa dijawab oleh siapapun,  maka ibunya sibuk mengantarkan Thomas untuk mencari buku/referensi yang bisa menjelaskan seluruh keingintahuan anaknya, Namun sayangnya setelah berusaha selama berbulan-bulan orang dan buku yang dicari tak juga kunjung ditemukan…., Tapi Nancy tidak pernah patah semangat melainkan justru membakar anaknya dengan kata-kata yang begitu menginspirasi,

“Thomas anakku sayang… kita telah buktikan bahwa ternyata tak seorangpun kita temukan bisa menjawab semua ini dan tak satu bukupun pernah ditulis orang tentang hal ini,  Thomas sayang,  Kamu tahu apa artinya…nak…, Ya…itu artinya kamulah yang diminta Tuhan untuk menemukannya bagi orang lain…. Ayo nak kamu coba dan coba terus….. Mommy yakin satu saat kamu pasti berhasil……!

Para orang tua dan guru yang saya cintai…….Thomas begitu terinspirasi oleh setiap ucapan ibunya….. Cara-cara mendidik inilah yang telah membuat Thomas menjadi manusia luar biasa..

Bayangkan…. Suatu ketika Thomas berhasil menemukan lampu pijar, setelah dengan susah payah melakukan percobaan hingga 999 kali. Kabar ini segera terdengar oleh surat kabar setempat dan besoknya segera muncul di halaman depan dengan judul:

“ Thomas Alva Edison, akhirnya berhasil membuat lampu pijar yang tahan selama berhari-hari, setelah ia mengalami 999 kali “gagal” menemukan logam yang cocok digunakan untuk lampu pijarnya.”

Thomas kaget luar biasa membaca Head Line berita itu,  segera saja ia datangi kantor redaksinya dan melayangkan protes atas pemberitaan yang tidak tepat. Bukan main kagetnya sang Redaktur,  dimana letak kesalahan berita itu………?

Esok paginya pada surat kabar yang sama keluarlah Ralat yang berbunyi : “Thomas Alva Edison, akhirnya berhasil membuat lampu pijar yang tahan berhari-hari, setelah ia “berhasil” menemukan 999 logam yang “tidak cocok” digunakan untuk lampu pijarnya.”

Apakah anda dapat menangkap letak perbedaannya………? ”

Semoga kita terinspirasi untuk mengaplikasikan cara tersebut kpd anak2 kita tercinta.”


Empat Penjara Yang Lebih Menyesakkan

December 17, 2008

Oleh : Seng Guan CPLHI

Seorang lelaki dengan wajah tertunduk lesu berjalan meninggalkan ruang sidang, ketukan palu sang Hakim telah mengantarnya pergi jauh dari kebebasan, ia akan segera menikmati hari-hari panjangnya di PENJARA.

Ini adalah gambaran keseharian dari sebuah peradilan, gambaran keseharian dari sebuah fenomena kehidupan sosial yang mulai terkontaminasi oleh kuman-kuman kehidupan.

Ada kalanya keahlian berkelit dari “Sang Tersangka” melepaskannya dari jeratan PENJARA Jasmani, tapi “Sang Pelaku” tidak akan pernah lepas dari Empat PENJARA Hati.

Penjara Pertama adalah Jail of Hatred/ Kebencian
Ketika hati kita dipenjara oleh kebencian kita akan cenderung menjadi ganas, ada luapan emosi yang membara, tak terkendali, menunggu waktu letupan.

Penjara pertama ini membuat kita menderita lebih dari yang kita perhitungkan, Penjara ini malah membuat kita melukai diri sendiri dengan gambaran yang berulang-ulang di benak kita, gambaran dari sumber kebencian kita, gambaran yang sesungguhnya hanya dari alam MAYA, dari alam bawah sadar kita. Ada sakit yang luar biasa, ketika seorang atau sesuatu yang kita benci melewati jarak pandang kita, radar ngilu di hati segera berbunyi walau seseorang atau sesuatu itu tidak menyentuh kita sedikit pun, bahkan mungkin tak mengetahui keberadaan kita. Rekaman rasa sakit segera diputar berulang-ulang di benak kita, kita akan mengalami penyiksaan bathin berkali-kali untuk satu peristiwa yang sama.

Kala Penjara ini menutup hati kita, kita akan menerima bola-bola lumpur yang siap kita lemparkan kepada mereka yang berada dalam list “MUSUH”. Ketika kita meluncurkan bola itu, ada dua hal yang mungkin terjadi. Pertama, yang dilempar tidak mengelak dan menerima bola lumpur itu sekaligus ikut menemani kita dalam perjara pertama atau yang kedua, ia mengelak bahkan tak pernah menganggap bola lumpur itu ada.

Dari dua alternatif di atas, yang pasti kita menjadi korban pertama dari bola lumpur itu, karena bola lumpur itu telah mengotori tangan kita, kita telah masuk ke dalam penjara itu dan teraniaya di sana.

Oleh berlalunya waktu dan penerimaan atas kondisi serta kekuatan memaafkan, penjara ini akan terbuka secara perlahan-lahan, kita akan dibebaskan kembali ke alam netral.

Penjara Kedua adalah Jail of Greed/ Ketamakan
ketika mata kita hijau, semua seakan tak pernah tercukupi, kita akan menjadi orang TERMISKIN di dunia, kita cenderung akan mengambil bagian yang bukan menjadi hak kita, kita cenderung merampas hanya untuk memenuhi keinginan yang pada akhirnya tak akan pernah terpenuhi.

Kala Penjara ini menutup hati kita, kita sepertinya terlahir sebagai raksasa dalam dunia kurcaci, tidak ada rasa kecukupan dalam segala hal, kerakusan membawa kita tidak pernah bisa menikmati hidup, selalu ada derita karena merasa tak pernah puas.

Mari kita lihat dunia nyata saat ini, berapa banyak orang yang ingin segera kaya, lalu setelah kaya pingin lebih kaya lagi, padahal orang kaya tanpa kepuasaan sebenarnya adalah orang miskin yang punya banyak uang, fenomena inilah yang membuat kita sering mendengar banyak kasus korupsi yang mewabah bak penyakit menular.
Penjara kedua akan terbuka dan kita akan dibebaskan jika kita telah siap menerima keadaan, merasa puas (bukan pasif tapi aktif, dalam arti tidak tinggal diam) serta mensyukurinya apa yang didapatnya saat ini.

Penjara Ketiga adalah Jail of Jealous/ Iri Hati
Ketika benih iri tertanam, kita cenderung tak pernah dapat melihat kebahagiaan orang lain, kita merasa tersaingi, ego kita seakan terhina oleh keberhasilannya, ironisnya kita merasa menderita untuk kebahagiaan itu.

Kala Penjara ini menutup hati kita, kita segera dikenakan kacamata yang membuat kita selalu melihat seolah-olah rumput tetangga selalu lebih hijau dari milik kita. Lalu kita pun merasa alam tidak adil terhadap kita, kita akan segera mempersalahkan sekelilingi kita untuk hal yang tidak kita dapatkan.

Yang mengejutkan malah terjadi pada saat kita mendengar kesuksesan orang yang bermil-mil jauhnya dari kita, apa yang kita rasakan pada saat itu sungguh ironis, kita malah merasa iri (padahal apa hubungannya dengan kita? Kadang malah tidak ada hubungan sama sekali dengan aktivitas kita, lebih parah lagi kita malah iri dengan teman kita sendiri, dengan saudara kita sendiri, dengan orang-orang yang kita kenal) Hasilnya? Hanyalah penderitaan, ada perasaan tidak mengenakkan di hati.
Penjara ini terbuka ketika hati kita menyadari atas ketidakkekalan (baik kesuksesan atau kegagalan), dan kita dapat menerima keberhasilan orang lain sebagai pemicu keberhasilan kita.Penjara Keempat adalah Jail of Ignorance

Penjara keempat adalah kebodohan
Kebocoran pengetahuan ini membuat kita melakukan tindakan-tindakan bodoh yang bukan hanya merugikan orang lain, tapi lebih terutama merugikan diri kita sendiri.

Kala Penjara ini menutup hati kita, kabut kebodohan menyelimuti kita, membuat kita tak menyadari bahwa kita telah merusak diri kita sendiri, perlahan tapi pasti kita terjerumus dalam jurang “Ketagihan” yang luar biasa.

Bentuk yang paling sering kita lihat dalam kehidupan ini adalah kecanduan bahan-bahan narkotika, ketika kita terpikat olehnya, kabut kebodohan secara perlahan mengerogoti kita, kita kehilangan harta benda, kita kehilangan kesadaran, kita kehilagan persaudaraan, kita kehilangan segalanya, lalu apa yang kita dapat? Kenikmatan sesaat yang hanya bersifat semu, dan ketika kita kembali ke dunia nyata, sejumlah persoalan nyata telah siap menerkam kita bahkan mungkin dengan kekuatan yang sepuluh kali lipat dari kekuatan semula.

Penjara ini membuat kita kehilangan akal sehat, merokok merupakan contoh dalam bentuk sederhananya (sebelum berkembang menjadi kronis).
Lalu, penjara ini akan terbuka jika kita isi hati dan pikiran kita dengan pengetahuan-pengetahuan yang berguna, terutama pengetahuan MORAL dan AGAMA.

Keempat penjara ini ada dan terus ada di samping kita, kita hanya perlu menjaga hati ini agar tidak terpenjara di dalamnya. Benar kata AA Gym, “Jagalah hati, jangan kau kotorin. Jagalah hati, lentera hidup ini. Jagalah Hati, jangan kau nodai. Jagalah hati, cahaya illahi”

“Janganlah berbuat kejahatan, perbanyak berbuat kebajikan, sucikan hati dan pikiran, itulah ajaran semua Guru” Petuah-petuah ini mungkin akan membuat kita terhindar dari empat penjara hati.

Selamat mencoba.


WordPress.com

WordPress.com is the best place for your personal blog or business site.